:)
saya mulakan tulisan sederhana ini dengan senyuman
karena setelah baris pertama saya tidak janji titik air mata itu tidak meleleh.
"Satu persatu aku menghitung anak tangga saat menapakinya.
Berharap dapat tepiskan pikiran tentang sang introvert.
tapi, tetap saja, seperti dan seolah-olah mengintip dari celah-celah anak tangga.
Ada ribuan pasang mata yang sedang menertawakanku seraya bercengakerama mengumpat, menyebut namaku."
Sang introvert ingin terbang, maaf masih ku tahan sebelah sayapmu. sisi yang satu sudah kau kepakkan, sisi lainnya masih membelaiku erat.
Aku punya terlalu banyak indera yang terlanjur mengenang sang introvert.
Bukan hanya memori untuk mengingat.
"Aku punya mata, yang telah menyorot semua cerita"
"Aku punya telinga, yang telah merekam setiap suara"
"Aku punya hidung, yang telah menghirup hawanya"
"Aku punya hati, yang merasakan cinta"
Betapa sempurna alat Tuhan yang terpasang yang menyimpan semua dalam tubuhku.
Aku berharap banyak pada waktu,
Selekat apapun ingatan tentang sang introvert,
ku harap waktu lebih kuat menarikku.
Semoga waktu adalah obat dari Allah yang paling manjur,
untuk menandingi kenangan dan ingatan.
"Sang introvert sudah mulai terbang"
Kakiku masih terpantak tak bergerak
merasakan belaian sayapnya mulai menjauh perlahan
hingga tak kurasakan lagi.
lagi-lagi berharap pada waktu,
untuk membantu menyadarkanku dan kembali berjalan.
"Terima kasih sudah singgah :') "
27 Nov 2014
09.01 pm
Junaini Krisnawati