Logo |
Program yang saya
dapatkan dari universitas saya yang bekerja sama dengan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar
Negeri (BPKLN) serta Beasiswa Unggulan dari Dikti ini merupakan kali pertama
saya akan merasakan tinggal jauh dari orang tua saya. Sempat keraguan memenuhi
pikiran saya, sempat terpikir untuk menolak kesempatan berkuliah di luar negeri
ini dikarenakan takut dengan kehidupan baru yang akan saya jalani sendirian di kota sejarah di malaysia
tersebut. Semakin saya tahu ternyata yang akan mengambil program studi ini
hanyalah saya sendiri dari 8 orang yang berkromosom XX alias saya seoranglah
yang perempuan, semakin saya takut dan ingin segera menolaknya.
Tetapi, saya coba untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Saya
bincangkan dahulu bersama teman, dosen bahkan keluarga, akhirnya saya putuskan
untuk tetap menjalani program student exchange ini. Selain alasan bahwa tidak
semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini adalah kata-kata dari paman saya
yang mengatakan bahwa satu-satunya perempuan bukanlah suatu yang beralasan
untuk menolaknya.
Tepat 21 September, saya dan teman-teman UIB
tiba di UTeM. Wah! Itu kata pertama yang tergambar di pikiran saya. Kampusnya
besar sekali kurang lebih 766 hektar dengan design gedung yang menurut saya tak
biasa seolah tak percaya bahwa kampus ini baru berdiri 10 tahunan yang lalu.
Dan ternyata benar, mental adalah persiapan yang nomor satu harus dipersiapkan.
Minggu pertama masuk kuliah disini saya merasa menjadi orang terbodoh dikelas.
Saya belum kenal siapapun selain teman-teman dari UIB bahkan yang lebih miris
lagi saya tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh dosen dengan alasan utama,
saya tidak terbiasa dengan bahasa yang digunakan. Karena bahasa yang digunakan
adalah campur antara inggris dan melayu. Saya yang tidak pernah belajar dengan
bahasa pengantar bahasa inggris terlebih lagi tidak terbiasa belajar dengan
bahasa melayu berhasil membuat saya berada di puncak stres saat itu.
Kami tinggal di asrama
UTeM yang berada cukup jauh dan diluar area dari kampus, tetapi UTeM menyediakan bus untuk fasilitas
mahasiswa yang beroperasi tiap 1 jam sekali dengan rute kampus-asrama dan
sebaliknya. Ternyata bukan hanya mental dalam menghadapi pelajaran yang tengah
membuat saya tidak betah disini tetapi juga mental saya yang tidak pernah jauh
dari orang tua. Ternyata saya salah, puncak stres saya bukan disaat berada di
dalam kelas melainkan disaat berada di asrama. Untuk beradaptasi di kelas saya
butuh waktu kurang lebih 2 minggu, tetapi untuk beradaptasi dengan kehidupan
baru saya butuh waktu lebih dari 2
bulan lamanya.
Jika ingin membandingkan
kehidupan kampus yang saya rasakan di UTeM dengan kampus saya di Batam yaitu
UIB dengan jelas saya mengatakan masih sangat jauh berbeda terlebih lagi dengan usia
yang sama yaitu kurang lebih 10 tahunan. Disini kehidupan di kampus sangat
terasa sekali. Saya benar-benar merasakan menjadi mahasiswa yang sebenarnya.
Ada dosen yang benar-benar mau menjelaskan detail tentang matakuliah didalam
kelas, tetapi tak jarang ada dosen yang hanya menjelaskan seperlunya bahkan
tidak menjelaskan sama sekali dan hanya mengandalkan kepedulian mahasiswanya.
Jadi, mahasiswa harus aktif dan mengulangi pelajaran sendiri di rumah.
Bus UTeM |
Ada lima matakuliah
yang saya ambil disini dengan jumlah SKS adalah 18 serta dengan tambahan 1
workshop. Dengan 18 SKS ini saya sudah merasa begitu padatnya jadwal disini
padahal di Batam pada semester 1 dan 2 saya biasa mengambil kurang lebih 21 SKS/semester.
Perbedaan waktu belajar juga suatu yang sulit untuk saya sesuaikan dengan waktu
belajar yang biasa saya jalankan di UIB. Jika di UIB semua kemudahan diberikan
kepada mahasiswanya karena mengatur waktu kuliah se-regular mungkin dengan
waktu break yang sesuai dan dilanjutkan dengan kuliah berikutnya tetapi di UTeM
semuanya harus mahasiswa yang aktif mencari kelas karena jarak waktu yang
terkadang sangat jauh antara kuliah pertama dan kedua. Bahkan ada yang kuliah
pertama pada pukul 09.00-11.00 pagi lalu untuk kuliah kedua dan ketiga pada
pukul 14.00-16.00 dan 16.00-18.00 sore.
Kelihaian mengatur
waktu pun ditantang disini. Jika di Batam saya bisa bersantai-santai jika akan
berangkat kekampus tetapi disini saya harus tahu jadwal bus setiap harinya dan
harus mengatur diri saya sendiri untuk naik bus satu jam sebelum kuliah dimulai
karena dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai kekampus dengan fasilitas bus dan
biasanya bus ada setiap satu jam sekali setiap harinya. Inilah yang merupakan
hal yang baru saya rasakan, kalau bangun terlambat atau tidak peduli dengan
jadwal bus konsekuensinya terlambat atau bahkan tidak masuk kelas.
Danau UTeM |
Satu hal lagi yang saya
suka adalah menurut saya portal akademik UTeM itu sangat mensupport kegiatan
belajar-mengajar. Semua dosen mengupload bahan ajar yang akan diajarkan untuk
pertemuan selanjutnya di portal tersebut. Sehingga, mahasiswa harus
mendownloadnya dan mempelajarinya terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas. Bagi
yang tidak punya inisiatif mengecek portal dan mendownload bahan ajar maka
ketika berada di kelas ia akan kelabakan. Dosen juga memberikan informasi
tentang tugas-tugas bahkan kuis melalui portal tersebut, jadi memang mahasiswa
harus aktif dan rajin-rajin membuka portal jika tidak ingin ketinggalan
informasi.
Fakulti FTMK |
Jujur, begitu banyak
hal yang saya pelajari dari sini. Bukan hanya dari sisi perkuliahan tetapi juga
dari sisi kemandirian. Yang awalnya saya masih acuh tak acuh tentang bangun
pagi karena saya merasa jika saya telat bangun akan ada orang tua yang
membangunkan saya tetapi, disini setiap ingin tidur saya selalu men-setting
alarm dari ponsel saya jika tidak ingin ketinggalan bus esok harinya. Saya
harus benar-benar mengatur waktu saya dengan baik kapan saya harus mencuci
pakaian, karena jika asal-asalan dalam hal yang satu ini kemungkinan besar saya
akan kelabakan jika stok baju saya untuk ke kampus kotor semuanya dan belum
dicuci.
Kediaman Bunga Raya |
Suasana belajar yang
saya rasakan di UTeM sangatlah kondusif. Hampir semua fasilitas tersedia untuk
mahasiswa. Perpustakaan yang sangat besar hingga 4 lantai yang setiap lantai
sudah dikelompokkan sesuai buku-buku fakultas. Tempat duduk dan meja yang
nyaman juga buku-buku yang lengkap. Pusat komputer yang ada juga sangat mewah
karena terdiri dari komputer yang sangat banyak. Selain itu komputer yang ada
didalamnya juga sudah diklasifikasikan sedemikian rupa. Ada yang untuk bermain
game, untuk grafis, browsing internet, keperluan printing dan lain-lain.
Kafetaria adalah tempat
yang paling sering saya dan teman-teman kunjungi setelah gedung Fakulti
Teknologi Maklumat dan Komunikasi (FTMK). Di dalam kampus induk UTeM ada 3 buah
kafetaria untuk mahasiswa yaitu kafetaria 1, 2, dan 3. Kafetaria 2 adalah kafe
yang paling sering menjadi tempat saya dan teman-teman menghabiskan waktu makan
siang dan break kuliah karena lokasinya yang paling dekat dengan gedung FTMK.
Kampus UTeM yang setiap
hari menjadi tempat saya belajar adalah kampus induk, sedangkan ada beberapa
kampus lagi yang berada di luar kampus induk yaitu ada kampus industri dan ada
kampus bandar. Karena kampus yang saya tempati adalah yang memiliki lokasi
terbesar jadilah ia menjadi main campus dari semuanya. Hal yang tidak pernah
ketinggalan dilakukan oleh teman-teman saya bila berada di kampus induk adalah
mendownload apapun sepuasnya. Karena hampir di semua lokasi kampus induk yang
sangat luas mendapat jaringan wi-fi dengan tanpa batasan quota untuk mendownload
serta dengan kecepatan yang tidak di bawah standar pula.
Canselor UTeM |
Banyak perbedaan yang
bisa saya jadikan pengalaman selama saya belajar di UTeM dan di UIB. Setiap
kampus tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk tetapi, hanya saja memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saya mengucapkan terima kasih kepada
Beasiswa unggulan dari Dikti dan BPKLN yang telah memungkinkan saya untuk
merasakan pengalaman yang tidak biasa ini. Terima kasih juga kepada kampus saya
di Batam yaitu Universitas Internasinal Batam yang telah menjembatani dan
memberi jalan kepada saya untuk merasakan kuliah di luar negeri. Semoga
mahasiswa UIB yang menjalani student exchange di UTeM akan membawa sesuatu yang
lebih baik lagi untuk UIB dan dirinya sendiri kedepannya.
Saya berharap dengan
adanya student exchange dan Program-program internasional lainnya yang sedang
di jalankan UIB ini benar-benar dapat untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di Batam dan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan lebih
kompetitif melalui program-program tersebut dan tentunya juga untuk
meningkatkan daya saing UIB sebagai perguruan tinggi dengan universitas-universitas
lainnya yang ada.
Salam kenal kak. Jadi rindu dengan UTeM. Izin ambil gambar ya.. Mksih sebelumnya ^^
ReplyDeletesalam kenal juga :)
Deleteiyaa sama sama, kuliah di UTeM yaa?
Kuliah di UIB bisa sambil kerja fulltime ga?
ReplyDeletebisa kok, di UIB ada kelas malam. jadi bisa kerja untuk siangnya. silahkan kehumas UIB aja, pasti nanti infonya lebih jelas :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletehallo,susah gak belajar di utem? dosennya rasis gak ?
ReplyDeleteHi Nenda, salam kenal :)
Deletemaaf aku telat banget ni.
kalau susah sih lumayan susah hehe, tp bisa kok kalau tekun.
karena semua laporan dan persentasi dalam bahasa inggris.
dosennya ga rasis sama sekali, bahkan saya sangat terbantu dosennya baik-baik banget.
teman-teman disana juga baik banget kok, pasti belajarnya sangat terbantu...
Salam kenal semua...saya dosen di UTeM, belajar di UTeM lebih mudah karena fasilitas cukup mendukung utk mahasiswa belajar dgn baik. Dosen tdk rasis, banyak juga dosen dari luar Malaysia (paling banyak dari Indonesia). Kalau ingin tahu lbh banyak boleh email saya di herdy@utem.edu.my
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKak mau tanya nih, kalau di UIB itu proses pembelajarannya pakai bahasa inggris ya ? Kalo nggak bisa bahasa inggris gimana dong kak ?
ReplyDelete