Sunday, July 1, 2012

UTeM, Kampus Kedua-Ku


Logo
Dalam beberapa bulan yang lalu tepatnya bulan September  tahun lalu, saya dan delapan orang mahasiswa dari Universitas Internasional Batam (UIB) diberangkatkan ke Melaka, Malaysia. Bukan untuk jalan-jalan atau berwisata melainkan kami akan menjalani program student exchange disalah satu Universitas negeri di melaka yaitu Universitas Teknikal Malaysia Melaka (UTeM) yang dicanangkan selama  satu semester. Nah, persiapan yang kami perlu persiapkan adalah selain materi yaitu mental. Bahkan terkadang persiapan mental memang lebih penting dibandingkan persiapan materi karena kamungkinan di sana kami akan menghadapi kebudayan yang berbeda. Belum lagi kami juga perlu beradaptasi dengan cara belajar yang berbeda pula. Terlebih lagi bagi saya yang memang tak pernah merasakan hidup jauh dari kedua orang tua saya.
Program yang saya dapatkan dari universitas saya yang bekerja sama dengan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) serta Beasiswa Unggulan dari Dikti ini merupakan kali pertama saya akan merasakan tinggal jauh dari orang tua saya. Sempat keraguan memenuhi pikiran saya, sempat terpikir untuk menolak kesempatan berkuliah di luar negeri ini dikarenakan takut dengan kehidupan baru yang akan saya jalani sendirian di kota sejarah di malaysia tersebut. Semakin saya tahu ternyata yang akan mengambil program studi ini hanyalah saya sendiri dari 8 orang yang berkromosom XX alias saya seoranglah yang perempuan, semakin saya takut dan ingin segera menolaknya. Tetapi, saya coba untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Saya bincangkan dahulu bersama teman, dosen bahkan keluarga, akhirnya saya putuskan untuk tetap menjalani program student exchange ini. Selain alasan bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini adalah kata-kata dari paman saya yang mengatakan bahwa satu-satunya perempuan bukanlah suatu yang beralasan untuk menolaknya.
 Tepat 21 September, saya dan teman-teman UIB tiba di UTeM. Wah! Itu kata pertama yang tergambar di pikiran saya. Kampusnya besar sekali kurang lebih 766 hektar dengan design gedung yang menurut saya tak biasa seolah tak percaya bahwa kampus ini baru berdiri 10 tahunan yang lalu. Dan ternyata benar, mental adalah persiapan yang nomor satu harus dipersiapkan. Minggu pertama masuk kuliah disini saya merasa menjadi orang terbodoh dikelas. Saya belum kenal siapapun selain teman-teman dari UIB bahkan yang lebih miris lagi saya tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh dosen dengan alasan utama, saya tidak terbiasa dengan bahasa yang digunakan. Karena bahasa yang digunakan adalah campur antara inggris dan melayu. Saya yang tidak pernah belajar dengan bahasa pengantar bahasa inggris terlebih lagi tidak terbiasa belajar dengan bahasa melayu berhasil membuat saya berada di puncak stres saat itu.
Kami tinggal di asrama UTeM yang berada cukup jauh dan diluar area dari kampus,  tetapi UTeM menyediakan bus untuk fasilitas mahasiswa yang beroperasi tiap 1 jam sekali dengan rute kampus-asrama dan sebaliknya. Ternyata bukan hanya mental dalam menghadapi pelajaran yang tengah membuat saya tidak betah disini tetapi juga mental saya yang tidak pernah jauh dari orang tua. Ternyata saya salah, puncak stres saya bukan disaat berada di dalam kelas melainkan disaat berada di asrama. Untuk beradaptasi di kelas saya butuh waktu kurang lebih 2 minggu, tetapi untuk beradaptasi dengan kehidupan baru saya butuh waktu lebih dari 2 bulan lamanya.
Bus UTeM
Jika ingin membandingkan kehidupan kampus yang saya rasakan di UTeM dengan kampus saya di Batam yaitu UIB dengan jelas saya mengatakan masih sangat jauh berbeda terlebih lagi dengan usia yang sama yaitu kurang lebih 10 tahunan. Disini kehidupan di kampus sangat terasa sekali. Saya benar-benar merasakan menjadi mahasiswa yang sebenarnya. Ada dosen yang benar-benar mau menjelaskan detail tentang matakuliah didalam kelas, tetapi tak jarang ada dosen yang hanya menjelaskan seperlunya bahkan tidak menjelaskan sama sekali dan hanya mengandalkan kepedulian mahasiswanya. Jadi, mahasiswa harus aktif dan mengulangi pelajaran sendiri di rumah.
Ada lima matakuliah yang saya ambil disini dengan jumlah SKS adalah 18 serta dengan tambahan 1 workshop. Dengan 18 SKS ini saya sudah merasa begitu padatnya jadwal disini padahal di Batam pada semester 1 dan 2 saya biasa mengambil kurang lebih 21 SKS/semester. Perbedaan waktu belajar juga suatu yang sulit untuk saya sesuaikan dengan waktu belajar yang biasa saya jalankan di UIB. Jika di UIB semua kemudahan diberikan kepada mahasiswanya karena mengatur waktu kuliah se-regular mungkin dengan waktu break yang sesuai dan dilanjutkan dengan kuliah berikutnya tetapi di UTeM semuanya harus mahasiswa yang aktif mencari kelas karena jarak waktu yang terkadang sangat jauh antara kuliah pertama dan kedua. Bahkan ada yang kuliah pertama pada pukul 09.00-11.00 pagi lalu untuk kuliah kedua dan ketiga pada pukul 14.00-16.00 dan 16.00-18.00 sore.
Danau UTeM
Kelihaian mengatur waktu pun ditantang disini. Jika di Batam saya bisa bersantai-santai jika akan berangkat kekampus tetapi disini saya harus tahu jadwal bus setiap harinya dan harus mengatur diri saya sendiri untuk naik bus satu jam sebelum kuliah dimulai karena dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai kekampus dengan fasilitas bus dan biasanya bus ada setiap satu jam sekali setiap harinya. Inilah yang merupakan hal yang baru saya rasakan, kalau bangun terlambat atau tidak peduli dengan jadwal bus konsekuensinya terlambat atau bahkan tidak masuk kelas.
Satu hal lagi yang saya suka adalah menurut saya portal akademik UTeM itu sangat mensupport kegiatan belajar-mengajar. Semua dosen mengupload bahan ajar yang akan diajarkan untuk pertemuan selanjutnya di portal tersebut. Sehingga, mahasiswa harus mendownloadnya dan mempelajarinya terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas. Bagi yang tidak punya inisiatif mengecek portal dan mendownload bahan ajar maka ketika berada di kelas ia akan kelabakan. Dosen juga memberikan informasi tentang tugas-tugas bahkan kuis melalui portal tersebut, jadi memang mahasiswa harus aktif dan rajin-rajin membuka portal jika tidak ingin ketinggalan informasi.
Fakulti FTMK
Begitu juga yang saya rasakan di group facebook yang isinya mahasiswa-mahasiswa masing-masing jurusan. Terlihat group itu sangat aktif ketika mid test ataupun final test. Mahasiswa saling berbagi informasi bahakan belajar melalui postingan di facebook seperti bertukar pikiran dan sharing pendapat bahkan jawaban tentang soal-soal yang akan mungkin keluar ketika ujian. Ada salah satu group matakuliah yang dosennya sangat aktif memberikan informasi melalui group tersebut sehingga dapat bertukar pikiran langsung dengan dosen tersebut tanpa harus bertatap muka secara langsung.
Jujur, begitu banyak hal yang saya pelajari dari sini. Bukan hanya dari sisi perkuliahan tetapi juga dari sisi kemandirian. Yang awalnya saya masih acuh tak acuh tentang bangun pagi karena saya merasa jika saya telat bangun akan ada orang tua yang membangunkan saya tetapi, disini setiap ingin tidur saya selalu men-setting alarm dari ponsel saya jika tidak ingin ketinggalan bus esok harinya. Saya harus benar-benar mengatur waktu saya dengan baik kapan saya harus mencuci pakaian, karena jika asal-asalan dalam hal yang satu ini kemungkinan besar saya akan kelabakan jika stok baju saya untuk ke kampus kotor semuanya dan belum dicuci.
Kediaman Bunga Raya
Menurut saya, memang tidak mudah hidup sendiri terlebih di negeri orang yang mempunyai kebiasaan dan kebudayaan berbeda dengan apa yang telah dijalani sebelumnya. Perbedaan bahasa sehari-hari dengan teman-teman disini juga menjadi kendala, tetapi hal tersebut masih bisa diatasi karena semua teman-teman dari malaysia yang saya temui disini sangat ramah dan menyambut saya dengan sangat terbuka. Bahkan jika ada miss communication, terkadang saya tidak mengerti apa yang sedang mereka tanyakan maka mereka akan menjelaskan ulang dengan perlahan begitu juga sebaliknya dengan saya.
Suasana belajar yang saya rasakan di UTeM sangatlah kondusif. Hampir semua fasilitas tersedia untuk mahasiswa. Perpustakaan yang sangat besar hingga 4 lantai yang setiap lantai sudah dikelompokkan sesuai buku-buku fakultas. Tempat duduk dan meja yang nyaman juga buku-buku yang lengkap. Pusat komputer yang ada juga sangat mewah karena terdiri dari komputer yang sangat banyak. Selain itu komputer yang ada didalamnya juga sudah diklasifikasikan sedemikian rupa. Ada yang untuk bermain game, untuk grafis, browsing internet, keperluan printing dan lain-lain.
Kafetaria adalah tempat yang paling sering saya dan teman-teman kunjungi setelah gedung Fakulti Teknologi Maklumat dan Komunikasi (FTMK). Di dalam kampus induk UTeM ada 3 buah kafetaria untuk mahasiswa yaitu kafetaria 1, 2, dan 3. Kafetaria 2 adalah kafe yang paling sering menjadi tempat saya dan teman-teman menghabiskan waktu makan siang dan break kuliah karena lokasinya yang paling dekat dengan gedung FTMK.
Canselor UTeM
Kampus UTeM yang setiap hari menjadi tempat saya belajar adalah kampus induk, sedangkan ada beberapa kampus lagi yang berada di luar kampus induk yaitu ada kampus industri dan ada kampus bandar. Karena kampus yang saya tempati adalah yang memiliki lokasi terbesar jadilah ia menjadi main campus dari semuanya. Hal yang tidak pernah ketinggalan dilakukan oleh teman-teman saya bila berada di kampus induk adalah mendownload apapun sepuasnya. Karena hampir di semua lokasi kampus induk yang sangat luas mendapat jaringan wi-fi dengan tanpa batasan quota untuk mendownload serta dengan kecepatan yang tidak di bawah standar pula.
Banyak perbedaan yang bisa saya jadikan pengalaman selama saya belajar di UTeM dan di UIB. Setiap kampus tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk tetapi, hanya saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saya mengucapkan terima kasih kepada Beasiswa unggulan dari Dikti dan BPKLN yang telah memungkinkan saya untuk merasakan pengalaman yang tidak biasa ini. Terima kasih juga kepada kampus saya di Batam yaitu Universitas Internasinal Batam yang telah menjembatani dan memberi jalan kepada saya untuk merasakan kuliah di luar negeri. Semoga mahasiswa UIB yang menjalani student exchange di UTeM akan membawa sesuatu yang lebih baik lagi untuk UIB dan dirinya sendiri kedepannya.
Saya berharap dengan adanya student exchange dan Program-program internasional lainnya yang sedang di jalankan UIB ini benar-benar dapat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Batam dan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan lebih kompetitif melalui program-program tersebut dan tentunya juga untuk meningkatkan daya saing UIB sebagai perguruan tinggi dengan universitas-universitas lainnya yang ada.

10 comments:

  1. Salam kenal kak. Jadi rindu dengan UTeM. Izin ambil gambar ya.. Mksih sebelumnya ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga :)
      iyaa sama sama, kuliah di UTeM yaa?

      Delete
  2. Kuliah di UIB bisa sambil kerja fulltime ga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa kok, di UIB ada kelas malam. jadi bisa kerja untuk siangnya. silahkan kehumas UIB aja, pasti nanti infonya lebih jelas :)

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. hallo,susah gak belajar di utem? dosennya rasis gak ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Nenda, salam kenal :)
      maaf aku telat banget ni.
      kalau susah sih lumayan susah hehe, tp bisa kok kalau tekun.
      karena semua laporan dan persentasi dalam bahasa inggris.
      dosennya ga rasis sama sekali, bahkan saya sangat terbantu dosennya baik-baik banget.
      teman-teman disana juga baik banget kok, pasti belajarnya sangat terbantu...

      Delete
    2. Salam kenal semua...saya dosen di UTeM, belajar di UTeM lebih mudah karena fasilitas cukup mendukung utk mahasiswa belajar dgn baik. Dosen tdk rasis, banyak juga dosen dari luar Malaysia (paling banyak dari Indonesia). Kalau ingin tahu lbh banyak boleh email saya di herdy@utem.edu.my

      Delete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Kak mau tanya nih, kalau di UIB itu proses pembelajarannya pakai bahasa inggris ya ? Kalo nggak bisa bahasa inggris gimana dong kak ?

    ReplyDelete